Inilah yang Akan Kakek Katakan Ketika Kamu Sibuk Bermain Gadget
Nduk, kakek lihat kamu begitu sibuk dengan HPmu. Sayang sekali, Kakek
ndak punya HP bagus seperti milikmu sehingga ndak bisa menemanimu
chatting
hingga larut malam. Bahkan, Kakek gagap jika harus memegang layar HPmu.
Untuk menelponmu sesekali pun, Kakek sering meminta bantuan Budhe. Kamu
tahu itu.
Tapi kenapa Nduk, meski kamu mau menemani kawanmu, yang jauh itu,
ngobrol hingga larut, tapi Kakek yang ada di depanmu malah tak kau sapa.
Nduk, Kakek tahu, zamanmu, memang segalanya serba canggih, tinggal
pencet keinginanmu bisa langsung terwujud. Semua itu seperti sulap di
mata Kakek. Tapi, kali ini Nduk, dengarkan Kakek, ada hal-hal yang mesti
kamu kerjakan sendiri dan tak bisa begitu saja mengandalkan teknologi
itu. Sini, sejenak letakkan gadgetmu dan duduk bersama Kakek.
Nduk, kalau kamu bisa menggunakan HP, kamu bisa membetulkannya?
belajarlah mereparasi sendiri ponselmu
Iya kamu memang perempuan tapi kan ndak salah kalau kamu paham
tentang HPmu. Kecanggihan teknologi memang membuatmu tidak tahu hal-hal
mekanik sampai detail terkecil. Toh, kamu bisa tinggal telepon tukang
servis sekarang. Tapi, untuk, hal-hal kecil cobalah lakukan sendiri.
Kakek dengar, di luar negeri, membetulkan kerusakan ringan pada
perangkat elektronik bisa menghabiskan $60 hingga $150, kamu yang tahu
seberapa banyak uang itu. Katanya, setelah jadi sarjana kamu ingin
belajar lagi ke luar negeri. Belajar Nduk, ndak akan ada ruginya.
Nduk, sawah itu ndak cuma memberimu padi tapi juga ilmu.
belajar ilmu padi
“Tumbuhlah seperti padi, makin berisi makin merunduk.” Orang yang
menciptakan kiasan itu, pasti ia dekat dengan padi. Mengenal padi bukan
semata tanaman yang memberinya nasi di piring untuk dimakan tiap hari.
Tiap hari Kakek ke sawah, merawat gabah kering supaya jadi bibit yang
bagus. Lalu, memperhatikan airnya hingga kelak memanennya. Alam Nduk,
mereka punya logika yang bila salah kita pahami bisa jadi bencana.
Jangan pergi ke sawah sekadar foto-foto untuk pamer di sosial media.
Pergilah ke sawah bersama Kakek, biar Kakek ajari cara bercengkrama
dengan mereka. Biar kamu sayang pada mereka. Sembari nanti kakek
ceritakan lagi dongeng kesukaanmu belasan tahun lalu. Dan lagi Nduk,
jalan-jalan itu sehat, tubuhmu yang bergerak akan membuat darah jadi
lancar. Sinar matahari pagi juga bagus Nduk. Kemarin, Kakek dengar,
seorang dokter di televisi bilang begitu.
Nduk, belajarlah. Otak itu seperti pisau bila tak diasah ia akan tumpul.
seperti pisau, otak bila tak digunakan akan tumpul
Kemarin, Paklik Bambang cerita, sekarang ada Google atau wudel gitu,
Kakek ndak ingat persis, yang bisa membantu mencari apa pun. Rasanya,
tanpa belajar pun bisa jadi pintar katanya. Dunia serasa ada di ujung
jari saja, tinggal pencet lalu beres. Tak masalah, kamu bilang Kakek
kuno tapi biarlah Kakek katakan ini padamu, Nduk. Belajarlah,
ingat-ingat apa yang sudah kamu pelajari. Otak kita ini, luar biasa
sekali kemampuan mengingatnya, jangan disepelekan mentang-mentang ada
Google atau wudel itu tadi.
Nduk, kamu ingat Kolak Singkong buatan Nenek? Itu yang selalu membuat Kakek ingin cepat pulang.
belajarlah memasak karena akan berguna untuk kehidupanmu
Sebenarnya kakek kasihan padamu yang terlalu sering makan mie instan. Apa HPmu yang canggih itu belum memberi tahu
bahaya mie instan?
Kakek, kok ndak suka mie instan. Rasanya lebih enak sayur bening atau
lodeh buatan Nenek, selalu bikin kangen rumah. Apalagi kolaknya, tiada
banding.
Belajar masak Nduk. Kasihan, petani macam Kakek, yang sudah
susah-susah bertanam, menunggu hingga panen jika cucu sendiri malah
makan mie instan. Kalau masak sendiri, kamu bisa sesuaikan dengan selera
dan kebutuhanmu. Apalagi, katanya kamu sedang diet yang melarang kamu
makan sayur terlalu matang. Nah, kalau beli kan jadi terserah
penjualnya.
Kadang, kalau nenek sedang memasak kolak, Kakek memintanya menambah
nangka yang baru saja dipetik. Harum Nduk, tak banyak warung yang
menjual kolak seperti itu. Setelah ini, buatkan Kakek kolak ya Nduk.
Kakek janji akan menghabiskan masakanmu. Apa kamu ndak kasihan pada
suamimu nanti jika setiap hari dimasakan mie instan atau kau belikan
ayam goreng?
Nduk, belanja itu boleh, kalau boros jangan.
bijaklah dalam berbelanja
Kakek kemarin beli pupuk ke Pasar Beringharjo. Sepanjang jalan, penuh
dengan baliho, spanduk, poster, selebaran, di mana-mana. Pandangan jadi
penuh. Sebanyak itu iklan, barang yang dijual macam-macam, semuanya
menarik. Model iklannya juga cantik-cantik. Tapi jangan gampang kepingin
ya Nduk.
Pisahkan mana yang kebutuhan, mana yang hanya keinginan. Biarlah kamu bilang Kakek kuno tapi orang dulu yang mau prihatin, puasa, rata-rata sukses Nduk. Belajarlah dari mereka.
Nduk, hidupah sederhana, secukupnya.
sederhana bukan berarti miskin
Sederhana itu ndak berarti miskin. Kalau kamu masih cukup dengan
punya satu mobil, ya sudah itu saja. Kalau mobil, Carry sudah cukup,
untuk apa beli Hammer. Hidup sederhana membuatmu merasa lebih tentram.
Dan lagi, kelebihan uangmu itu, bisa untuk membantu saudaramu yang masih
kekurangan.
Berbagi itu membahagiakan, Nduk. Apalagi, sekarang kamu belum bisa cari uang sendiri to?
Nduk, kamu masih bisa bicara dengan kromo inggil (Bahasa Jawa halus) pada Kakek?
seberapapun hebat, kemampuan berbicaramu akan tetap dibutuhkan
Sepinter apa pun kamu nanti, pada akhirnya kamu akan berbicara pada
orang tentang ilmumu itu. Nanti, rekan kerjamu juga manusia yang harus
diyakinkan dengan kata-kata dan seni berbicara. Jika pada Kakek saja,
sekarang kamu enggan bicara, pada siapa kamu melatih ketrampilanmu itu?
Salah satu yang terpenting dalam ketrampilan berkomunikasi, adalah
caramu menempatkan diri, kadang sebagai kawan yang setara, kadang
sebagai bawahan, dan kadang sebagai atasan.
Nduk, ndak ada salahnya kamu bisa mengganti lampu kamarmu sendiri
Apa iya jika lampu kamarmu mati mau memanggil tukang servis? Kalau
kancing baju lepas, dibawa ke penjahit. Repot sekali, Nduk. Kamu bisa
melalukannya sendiri kok. Selain hemat, mertuamu nanti pasti bangga
punya menantu yang tak manja. Belajarlah, mumpung masih ada Kakek yang
siap menemani dan membimbingmu.
Nduk, Kakek menyesal sampai sekarang belum pernah mengajakmu berkemah
berkemah membuatmu mengenal alam lebih dekat
Seandainya, dulu Kakek tidak demikian sibuk mengurus sawah mungkin
kita pernah pergi berkemah. Bintang yang dilihat dari tanah lapang
biasanya terlihat lebih banyak dan lebih indah dibanding jika dari teras
begini. Dulu, tiap malam Kakek mengamati bintang untuk menentukan kapan
masa tanam yang tepat atau masa panennya. Ini bukan klenik lho, Nduk.
Jika ke ladang, Kakek melihat bintang sebagai penunjuk jalan. Kakek
belum sempat mewariskan keahlian itu padamu, Nduk. jika, kita berkemah,
kakek akan mengajarimu memantik api, menjaga nyala tungku, mendirikan
tenda, dan memasak dari bahan seadanya. Ah, tapi mestinya kamu sudah
mendapatkan itu semua di pelajaran Pramuka.
Nduk, akhirnya hidup ini adalah perjalanan panjang yang butuh keteguhan dan ketekunan.
pada akhirnya kamu harus paham hidup ini adalah sebuah perjalanan panjang yang harus ditamatkan
Teknologi di zamanmu memang membuat segalanya jadi lebih cepat.
Teknologi juga membuatmu tak perlu berpeluh untuk mendapatkan apa yang
kau mau. Sayangnya, dalam kehidupan yang sesungguhnya, makin besar
hajatmu makin besar usaha yang mesti kau keluarkan, makin lama waktu
tunggunya. Untuk mulai mengasah keteguhan dan ketekunanmu, dulu, Kakek
selalu mendongeng Mahabarata. Cerita panjang yang selalu kau dengarkan
jelang tidur. Kamu ingat bagaimana Semar, Sang Dewa, bersedia turun ke
bumi untuk mengasuh para Pandawa? Jangan-jangan kamu justru mengenal
Mahabarata justru dari layar kaca. Nduk, pergi ke perpustakaan sana,
pinjam buku yang tebal. Nanti kita baca bersama-sama sembari menikmati
kolak buatanmu. Ngomong-ngomong, novel tebal bergambar
lelaki-berkamata-naik-sapu-terbang itu, apakah berhasil kau tamatkan?
Post a Comment