News Update :
Home » » Effect Gadget

Effect Gadget

Penulis : Dimas on Monday, 2 March 2015 | 04:19

Inilah yang Akan Kakek Katakan Ketika Kamu Sibuk Bermain Gadget

Inilah yang Akan Kakek Katakan Ketika Kamu Sibuk Bermain Gadget

Nduk, kakek lihat kamu begitu sibuk dengan HPmu. Sayang sekali, Kakek ndak punya HP bagus seperti milikmu sehingga ndak bisa menemanimu chatting hingga larut malam. Bahkan, Kakek gagap jika harus memegang layar HPmu. Untuk menelponmu sesekali pun, Kakek sering meminta bantuan Budhe. Kamu tahu itu.
Tapi kenapa Nduk, meski kamu mau menemani kawanmu, yang jauh itu, ngobrol hingga larut, tapi Kakek yang ada di depanmu malah tak kau sapa.
Nduk, Kakek tahu, zamanmu, memang segalanya serba canggih, tinggal pencet keinginanmu bisa langsung terwujud. Semua itu seperti sulap di mata Kakek. Tapi, kali ini Nduk, dengarkan Kakek, ada hal-hal yang mesti kamu kerjakan sendiri dan tak bisa begitu saja mengandalkan teknologi itu. Sini, sejenak letakkan gadgetmu dan duduk bersama Kakek.

Nduk, kalau kamu bisa menggunakan HP, kamu bisa membetulkannya?

belajarlah mereparasi sendiri ponselmu
Iya kamu memang perempuan tapi kan ndak salah kalau kamu paham tentang HPmu. Kecanggihan teknologi memang membuatmu tidak tahu hal-hal mekanik sampai detail terkecil. Toh, kamu bisa tinggal telepon tukang servis sekarang. Tapi, untuk, hal-hal kecil cobalah lakukan sendiri. Kakek dengar, di luar negeri, membetulkan kerusakan ringan pada  perangkat elektronik bisa menghabiskan $60 hingga $150, kamu yang tahu seberapa banyak uang itu. Katanya, setelah jadi sarjana kamu ingin belajar lagi ke luar negeri. Belajar Nduk, ndak akan ada ruginya.

Nduk, sawah itu ndak cuma memberimu padi tapi juga ilmu.

belajar ilmu padi
“Tumbuhlah seperti padi, makin berisi makin merunduk.” Orang yang menciptakan kiasan itu, pasti ia dekat dengan padi. Mengenal padi bukan semata tanaman yang memberinya nasi di piring untuk dimakan tiap hari. Tiap hari Kakek ke sawah, merawat gabah kering supaya jadi bibit yang bagus. Lalu, memperhatikan airnya hingga kelak memanennya. Alam Nduk, mereka punya logika yang bila salah kita pahami bisa jadi bencana.
Jangan pergi ke sawah sekadar foto-foto untuk pamer di sosial media. Pergilah ke sawah bersama Kakek, biar Kakek ajari cara bercengkrama dengan mereka. Biar kamu sayang pada mereka. Sembari nanti kakek ceritakan lagi dongeng kesukaanmu belasan tahun lalu. Dan lagi Nduk, jalan-jalan itu sehat, tubuhmu yang bergerak akan membuat darah jadi lancar. Sinar matahari pagi juga bagus Nduk. Kemarin, Kakek  dengar, seorang dokter di televisi bilang begitu.

Nduk, belajarlah. Otak itu seperti pisau bila tak diasah ia akan tumpul.

seperti pisau, otak bila tak digunakan akan tumpul
Kemarin, Paklik Bambang cerita, sekarang ada Google atau wudel gitu, Kakek ndak ingat persis, yang bisa membantu mencari apa pun. Rasanya, tanpa belajar pun bisa jadi pintar katanya. Dunia serasa ada di ujung jari saja, tinggal pencet lalu beres. Tak masalah, kamu bilang Kakek kuno tapi biarlah Kakek katakan ini padamu, Nduk. Belajarlah, ingat-ingat apa yang sudah kamu pelajari. Otak kita ini, luar biasa sekali kemampuan mengingatnya, jangan disepelekan mentang-mentang ada Google atau wudel itu tadi.

Nduk, kamu ingat Kolak Singkong buatan Nenek? Itu yang selalu membuat Kakek ingin cepat pulang.

belajarlah memasak karena akan berguna untuk kehidupanmu
Sebenarnya kakek kasihan padamu yang terlalu sering makan mie instan. Apa HPmu yang canggih itu belum memberi tahu bahaya mie instan? Kakek, kok ndak suka mie instan. Rasanya lebih enak sayur bening atau lodeh buatan Nenek, selalu bikin kangen rumah. Apalagi kolaknya, tiada banding.
Belajar masak Nduk. Kasihan, petani macam Kakek, yang sudah susah-susah bertanam, menunggu hingga panen jika cucu sendiri malah makan mie instan. Kalau masak sendiri, kamu bisa sesuaikan dengan selera dan kebutuhanmu. Apalagi, katanya kamu sedang diet yang melarang kamu makan sayur terlalu matang. Nah, kalau beli kan jadi terserah penjualnya.
Kadang, kalau nenek sedang memasak kolak, Kakek memintanya menambah nangka yang baru saja dipetik. Harum Nduk, tak banyak warung yang menjual kolak seperti itu. Setelah ini, buatkan Kakek kolak ya Nduk. Kakek janji akan menghabiskan masakanmu. Apa kamu ndak kasihan pada suamimu nanti jika setiap hari dimasakan mie instan atau kau belikan ayam goreng?

Nduk, belanja itu boleh, kalau boros jangan.

bijaklah dalam berbelanja
Kakek kemarin beli pupuk ke Pasar Beringharjo. Sepanjang jalan, penuh dengan baliho, spanduk, poster, selebaran, di mana-mana. Pandangan jadi penuh. Sebanyak itu iklan, barang yang dijual macam-macam, semuanya menarik. Model iklannya juga cantik-cantik. Tapi jangan gampang kepingin ya Nduk. Pisahkan mana yang kebutuhan, mana yang hanya keinginan. Biarlah kamu bilang Kakek kuno tapi orang dulu yang mau prihatin, puasa, rata-rata sukses Nduk. Belajarlah dari mereka.

Nduk, hidupah sederhana, secukupnya.

sederhana bukan berarti miskin
Sederhana itu ndak berarti miskin. Kalau kamu masih cukup dengan punya satu mobil, ya sudah itu saja. Kalau mobil, Carry sudah cukup, untuk apa beli Hammer. Hidup sederhana membuatmu merasa lebih tentram. Dan lagi, kelebihan uangmu itu, bisa untuk membantu saudaramu yang masih kekurangan. Berbagi itu membahagiakan, Nduk. Apalagi, sekarang kamu belum bisa cari uang sendiri to?

Nduk, kamu masih bisa bicara dengan kromo inggil (Bahasa Jawa halus) pada Kakek?

seberapapun hebat, kemampuan berbicaramu akan tetap dibutuhkan
Sepinter apa pun kamu nanti, pada akhirnya kamu akan berbicara pada orang  tentang ilmumu itu. Nanti, rekan kerjamu juga manusia yang harus diyakinkan dengan kata-kata dan seni berbicara. Jika pada Kakek saja, sekarang kamu enggan bicara, pada siapa kamu melatih ketrampilanmu itu? Salah satu yang terpenting dalam ketrampilan berkomunikasi, adalah caramu menempatkan diri, kadang sebagai kawan yang setara, kadang sebagai bawahan, dan kadang sebagai atasan.

Nduk, ndak ada salahnya kamu bisa mengganti lampu kamarmu sendiri

Apa iya jika lampu kamarmu mati mau memanggil tukang servis? Kalau kancing baju lepas, dibawa ke penjahit. Repot sekali, Nduk. Kamu bisa melalukannya sendiri kok. Selain hemat, mertuamu nanti pasti bangga punya menantu yang tak manja. Belajarlah, mumpung masih ada Kakek yang siap menemani dan membimbingmu.

Nduk, Kakek menyesal sampai sekarang belum pernah mengajakmu berkemah

berkemah membuatmu mengenal alam lebih dekat
Seandainya, dulu Kakek tidak demikian sibuk mengurus sawah mungkin kita pernah pergi berkemah. Bintang yang dilihat dari tanah lapang biasanya terlihat lebih banyak dan lebih indah dibanding jika dari teras begini. Dulu, tiap malam Kakek mengamati bintang untuk menentukan kapan masa tanam yang tepat atau masa panennya. Ini bukan klenik lho, Nduk. Jika ke ladang, Kakek melihat bintang sebagai penunjuk jalan. Kakek belum sempat mewariskan keahlian itu padamu, Nduk. jika, kita berkemah, kakek akan mengajarimu memantik api, menjaga nyala tungku, mendirikan tenda, dan memasak dari bahan seadanya. Ah, tapi mestinya kamu sudah mendapatkan itu semua di pelajaran Pramuka.

Nduk, akhirnya hidup ini adalah perjalanan panjang yang butuh keteguhan dan ketekunan.

pada akhirnya kamu harus paham hidup ini adalah sebuah perjalanan panjang yang harus ditamatkan
Teknologi di zamanmu memang membuat segalanya jadi lebih cepat. Teknologi juga membuatmu tak perlu berpeluh untuk mendapatkan apa yang kau mau. Sayangnya, dalam kehidupan yang sesungguhnya, makin besar hajatmu makin besar usaha yang mesti kau keluarkan, makin lama waktu tunggunya. Untuk mulai mengasah keteguhan dan ketekunanmu, dulu, Kakek selalu mendongeng Mahabarata. Cerita panjang yang selalu kau dengarkan jelang tidur. Kamu ingat bagaimana Semar, Sang Dewa, bersedia turun ke bumi untuk mengasuh para Pandawa? Jangan-jangan kamu justru mengenal Mahabarata justru dari layar kaca. Nduk, pergi ke perpustakaan sana, pinjam buku yang tebal. Nanti kita baca bersama-sama sembari menikmati kolak buatanmu. Ngomong-ngomong, novel tebal bergambar lelaki-berkamata-naik-sapu-terbang itu, apakah berhasil kau tamatkan?
Share this article :

Post a Comment

 
Copyright © 2014. Dunia Kita . All Rights Reserved.
Edit Template by DhiemazNGZ | Support by creating website | Powered by Blogger